Jooneechees.com – Lagi berkunjung ke Banyuwangi? Berikut ini ada beberapa menu sarapan di Banyuwangi yang paling populer dan wajib kamu cicipi, menjelajahi Banyuwangi memang menjadi aktivitas yang menyenangkan dan tentunya membutuhkan energi. Untuk mengisi energi, kamu bisa menikmati berbagai makanan lezat yang ada di Banyuwangi, mulai dari makanan ringan hingga makanan berat. Sebelum memulai aktivitas kembali, sarapan tentunya sangat penting, berhubung kamu sedang di Banyuwangi, jangan lewatkan menu sarapan paling populer dan sudah dikenal dengan kelezatannya, berikut ini rekomendasinya untuk kamu.
Menu Sarapan Di Banyuwangi Paling Populer Yang Wajib Dicoba

Menu sarapan yang pertama yaitu sego cawuk yang merupakan menu sarapan ala warga lokal, sego cawuk sendiri merupakan nasi yang memiliki rasa unik. Cita rasa dari makanan ini gurih, manis dan sedikit pedas, untuk sepiring sego cawuk sendiri umumnya terdiri dari nasi putih hangat, disiram dengan kuah pindang ikan dan trancam atau makanan yang terdiri dari campuran santan, parutan kelapa irisan timun, irisan kacang panjang, irisan jagung bakar dan juga bumbu. Biasanya ada yang menyajikan dengan tambahan semanggi sambal sereh yaitu sayur semangi kukus yang diberikan sambal berbahan dasar serai. Kamu juga bisa memilih lauk tambahan yang lainnya seperti telur pindang, ikan kuah pindang, tahu bumbu merah, pepes ikan, dadar jagung dan masih banyak lagi, untuk harganya sangat terjangkau. Mulai dari 7 ribu hingga 15 ribu kamu sudah bisa kenyang, di Banyuwangi sendiri ada banyak yang menjual sego cawuk tapi yang paling populer sego cawuk Bu Mantih, di Jalan KH. Wahid Hasyim, Rogojampi, Banyuwangi.

Menu sarapan di Banyuwangi yang selanjutnya yaitu jenang suro, buat kamu yang biasa sarapan pagi menggunakan bubur ayam. Kamu wajib mencicipi bubur ayam versi Banyuwangi yang namanya jenang suro atau bubur suro, jenang suro ini sendiri sebenarnya merupakan kudapan tradisional yang dibuat oleh masyarakat Banyuwangi yang biasanya untuk menyambut bulan Muharram yang dalam bahasa Jawa disebut sebagai bulan Suro. Namun kini kamu bisa menemukan bubur ini kapanpun dan dimana saja jika sedang berada di Banyuwangi, bubur yang satu ini tidak seperti bubur pada umumnya, bubur ini disajikan dengan kuah kaldu ayam dengan topping seperti telur dadar, perkedel kentang, kering tempe dan taburan kacang. Untuk harga satu porsinya dibandrol dengan harga 10 ribu, harga terjangkau, porsi mengenyangkan.

Menu sarapan yang satu ini kerap kali disebut uyah asem pitik oleh penduduk lokal. Biasanya masyarakat banyuwangi menyajikan hidangan uyah asem pitik sebagai menu sarapan pagi karena citra rasa kuah yang asam dan pedas terasa menyegarkan dipagi hari. Asal muasal nama kesrut sendiri berasal dari kata osing yang berarti seruput, kendati demikian cara menyantapnya pun dengan cara menyeruput kuahnya yang segar layaknya menyeruput secangkir kopi. Untuk bahan dasar menu ayam kesrut antara lain menggunakan ayam kampung yang kemudian ditaburi bumbu-bumbu khas seperti cabai rawit, bawang putih, lengkuas dan sedikit terasi. Disamping itu, bahan dasar lainnya yang menjadi kunci utama rasa asam segar pada kuah berasal dari irisan belimbing wuluh. Selain bisa dinikmati secara langsung diseruput, juga lebih lengkap jika menyantapnya bersama nasi putih hangat. Pada kawasan kota Banyuwangi tak sedikit tempat makan yang menjual menu ayam kesrut, bahkan sangat mudah ditemukan. Namun jika kamu berkunjung ke Banyuwangi dan ingin mencicipi ayam kesrut kamu bisa berkunjung ke Desa Wisata Osing Kemiren yang berada di kecamatan Glagah, karena di kawasan tersebut yang paling banyak ditemui tempat makan yang menyediakan menu ayam Kesrut yang menyegarkan ditambah dengan pemandangan desa di waktu fajar.

Menu sarapan di Banyuwangi yang selanjutnya yaitu uceng-uceng. Nampak serupa namun tak sama, itulah perbedaan antara kue cenil dan uceng-uceng. Bagi orang yang belum mengetahui Uceng-uceng, pastinya mereka mengira itu kue cenil. Di Banyuwangi, Uceng-uceng merupakan jajanan khas yang cocok disantap untuk menu sarapan pagi. Walaupun jika dilihat dari luar memiliki kesamaan dengan kue cenil, namun, berbeda jika disentuh dan dicicipi. Jika kue cenil memiliki tekstur yang kenyal dan lembek, sedangkan Uceng-uceng tampak lebih padat. Cara penyajiannya pun cukup berbeda, walaupun sama-sama ditaburi parutan kelapa, tetapi Uceng-uceng tidak di lumuri gula aren melainkan cukup dengn gula pasir saja.